Prasasti Ciaruteun, Tanda Tangan Tertua di Nusantara

Mengungkap makna tanda tangan dan telapak kaki pada prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun sekitar tahun 1900 dan 1938. Foto/Tropenmuseum

Prasasti Ciaruteun adalah batu tulis yang ditemukan pada muara dari tiga aliran sungai yaitu: Cisadane, Ciampea dan Cianten; posisinya sekitar 19 kilometer arah barat laut dari Bogor, Jawa Barat. 

Prasasti Ciaruteun diperkirakan berasal dari abad ke-5 Masehi dan berisi tentang puji-pujian kepada Raja Purnawarman yang telapak kakinya dianggap sebagai telapak kaki Dewa Wisnu. Selain itu terdapat juga "tanda tangan" dan lambang atau simbol di bawah telapak kaki yang dipahatkan pada prasasti.

Tanda tangan Raja Purnawarman pada Prasasti Ciaruteun

Tanda tangan yang terpahat pada prasasti Ciaruteun adalah ciri langgam prasasti pada abad ke-5 Masehi yang sering ditemukan pada prasasti-prasasti beraksara Pallawa di India. Tanda tangan tersebut ditulis menggunakan aksara Pallawa dan terbaca sebagai "ŚRī PurṆṆaVarMMaṆah".

Mengenai pahatan telapak kaki pada prasasti Ciaruteun sesuai penjelasan prasasti tersebut bermakna bahwa telapak kaki Raja Purnawarman diibaratkan seperti telapak kaki Dewa Wisnu. Sedangkan menurut prasasti Jambu dijelaskan bahwa pahatan telapak kaki Raja Punawarman sebagai simbol seorang penakluk bagi musuh-musuhnya.

Prasasti Ciaruteun dibuat sebagai tanda peringatan/kehebatan raja yang telah tiada; mungkin adalah batu peringatan dalam upacara Sraddha. Karena sejauh ini belum ada bukti bahwa prasasti ini dibuat ketika raja sedang berkuasa.

Telapak kaki Raja Purnawarman pada Prasasti Ciaruteun

Pada pahatan telapak kaki terdapat pula simbol seperti laba-laba. Menurut K. P. Jayaswal bentuk laba-laba pada telapak kaki sebenarnya melambangkan bunga "padma" dan tangkainya, yang merupakan "laksana" tanda suci, sehingga kedua tangkai bunga teratai adalah tanda penghormatan untuk kesempurnaan raja yang telah mangkat. Pendapat ini juga sejalan dengan E. Edward McKinnon yang berpendapat bahwa tanda ini berarti juga "sakti" dari sang raja, yaitu lambang Sri Laksmi, sebagai pendamping Dewa Wisnu; yang mana dalam prasasti Ciaruteun dijelaskan bahwa telapak kaki Raja Purnawarman dianggap seperti telapak kaki Dewa Wisnu. 

Namun, yang menjadi keunikan adalah wujud penggambaran padma itu sendiri yang tidak mengikuti standar baik dari langgam seni Hindu maupun Buddha. McKinnon berpendapat bahwa, hal itu berkaitan dengan pengguna paham tersebut dalam hal ini adalah orang-orang Sunda, yang telah menyerap segala paham India ke dalam alam pikir mereka sendiri; seperti juga bahasa Sanskerta yang digunakan pada prasasti-prasasti era Tarumanagara yang tidak dapat menggunakan kaidah Sanskerta dengan standar dari India seutuhnya.

Baca juga: Tarumanagara, Kerajaan Tertua di Pulau Jawa

Berdasarkan bukti sejarah yang ada, maka dengan demikian tanda tangan dan telapak kaki yang terdapat pada prasasti Ciaruteun dapat disebut sebagai bukti paling awal ditemukannya penggunaan tanda tangan kuno di Nusantara, yang berasal dari abad ke-5 Masehi.

Tags:
Kuno
Parallax Ad
Link copied to clipboard.