Asal-usul Istilah "Ci" di Tatar Sunda

Mengungkap sejarah penggunaan istilah Ci sebagai identisas geografis Tatar Sunda

Asal-usul istilah Ci dalam bahasa Sunda. Gambar/historitual.com

Hampir setiap daerah di Jawa Barat banyak ditemui nama tempat yang berawalan Ci-. Nama-nama ini umumnya berasal dari bahasa Sunda, dengan awalan Ci- yang sering digunakan untuk menunjukkan asal-usul geografis Tatar Sunda. 

Istilah Ci dapat menandakan bahwa tempat tersebut berhubungan dengan air, seperti sungai atau sumber mata air, atau bahwa tempat itu memiliki karakteristik tertentu yang mewakili air.

Penggunaan awalan Ci- sebagai toponimi di Tatar Sunda dapat ditarik kembali ke tradisi kultural masyarakat Sunda yang erat dengan air. Istilah Ci tidak hanya memberikan identitas geografis saja, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya dan sejarah yang dalam bagi masyarakat Sunda.

Jadi, nama-nama tempat di Jawa Barat yang berawalan Ci memiliki akar yang dalam dengan budaya dan sejarah Sunda, dan penggunaannya mencerminkan warisan budaya yang kaya dan beragam di wilayah tersebut.

Etimologi Ci

Ci adalah sebuah morfem dari perubahan kata bahasa Sunda yaitu Cai. Dalam Kamus Sunda-Indonesia yang disusun oleh Maman Sumantri, Atjep Djamaludin, Aclunad Patoni, R.H. Moch. Koerdie, M.O. Koesman, Epa Sjafei Adisastra dan diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada tahun 1985, Cai adalah kosakata bahasa Sunda yang berarti ‘air’.

Dalam penamaan tempat kata Cai mengalami penghilangan vocal /a/ sehingga menjadi Ci. Di Jawa Barat dengan budaya masyarakat Sunda, morfem Ci- sering muncul dalam toponimi. Toponimi Ci- sebagai produk budaya Sunda didasarkan pada fenomena alam yang terkait dengan “keairan” (hidrologis), yaitu kata Cai yang berarti air. 

Sejarah Penggunaan Istilah Ci

Secara geografis, wilayah Jawa Barat yang terkenal dengan sebutan Tatar Sunda memiliki daerah pegunungan yang disebut Parahyangan.

Pegunungan tidak terlepas dengan keberadaan air. Air membuat tanah menjadi subur dan menghidupi tumbuh-tumbuhan yang sesuai dengan kondisi alam Parahyangan. Oleh masyarakat setempat keterhubungan antara air dengan lingkungan di sekitarnya tersebut menjadi penyebab munculnya morfem Ci- sebagai nama tempat. Sehingga mewujudkan toponimi di Jawa Barat berdasarkan fenomena alam “keairan”. Oleh karena itu, secara toponimi nama-nama di Jawa Barat banyak yang mengandung kata air.

Bagaimana masyarakat Sunda sangat menghargai air? dapat dilihat salah satunya dalam memberi nama mata air. Setidaknya ada empat istilah yang sama artinya dengan mata air. Orang Sunda terdahulu menamai sumber mata air dengan nama Sirah Cai, sebagai tempat keluarnya Cinyusu.

Mata air dalam bahasa Sunda disebut Cai Nyusu atau Cinyusu. Menurut Kamus Basa Sunda oleh R. Satjadibrata, 2005, Cinyusu adalah air yang baru keluar dari tanah. Cinyusu dimaknai dan dianalogikan sebagai air susu, sumber kehidupan umat manusia.

Ada juga istilah Séké untuk menyebut mata air yang digunakan di Cekungan Bandung. Ada dua arti Séké dalam bahasa Sunda. Ada yang mengartikan Séké sama dengan Siki atau Ese yang berarti ‘biji’. Misalnya, séké nangka atau ese nangka berarti ‘biji nangka’. Séké juga dapat berarti ‘mata air’. Dalam Kamus Basa Sunda oleh R.A. Danadibrata, 2015, terdapat lema Séké sebagai ‘mata air’ berdasarkan bahasa Sunda yang dituturkan di Bandung.

Selain itu, ada pula istilah Ciburial untuk menyebutkan sebuah mata air yang ngaburial (memancurkan air terus menerus). Ciburial atau Cai Burial dalam bahasa Sunda berasal dari kata Burial yang berarti ‘air besar yang keluar dari dalam tanah’ sehingga kawasannya disebut Ciburial, seperti yang terdapat di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Ketika nama itu diberikan, mata air yang keluar sangat besar. 

Untuk memberikan gambaran ekologi di lereng-lereng gunung di sekeliling Cekungan Bandung di kaki gununungnya banyak ditemukan mata air yang keluar ngaburial dengan besarnya.

Di Bandung dan sekitarnya umumnya di Jawa Barat, banyak nama tempat yang dikaitkan dengan air. Wilayah Jawa Barat umumnya dikenal dengan tanahnya yang subur dan dialiri sungai-sungai serta sumber mata air. Hal ini telah memberi ruang kreasi simbolik masyarakat Sunda dan menghasilkan kebudayaan dalam membuat nama-nama tempat di Jawa Barat yang di dalamnya mengandung kata Cai (air).

Baca juga: Asal-usul Nama Sunda

Hubungan Ci dengan Toponimi di Tatar Sunda 

Banyak tempat di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta atau disebut Tatar Sunda yang dinamai dengan awalan Ci-. Morfem ini berasal dari kata Cai (air) dalam bahasa Sunda. Penamaan tempat menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan air (hidrografis) telah menjadi fenomena kultural masyarakat Sunda. Dalam konteks kultural, sistem penamaan tempat (toponimi) tersebut tentunya sangat terkait dengan kehidupan kultural masyarakat Sunda. 

Ketergantungan masyarakat Sunda di daerah Tatar Sunda khususnya Jawa Barat dengan keairan (hidrologi) terekam dalam bahasa etnik (etnolinguistik) mereka. Masyarakat Sunda mengabadikannya dengan menamai istilah lingkungan di sekitarnya dengan istilah Cai. Hal itu, sebagai gambaran nyata keterhubungan antara masyarakat Sunda dengan air yang ada di sekitarnya. 

Keterhubungan masyarakat Sunda dengan air juga diekspresikan dalam sajak Sunda berjudul “Lemah Cai Kuring” yang berarti “Tanah Airku”. Hal ini menunjukkan Lemah (tanah), Cai (air) dan Kuring (aku) adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan khususnya bagi suku Sunda.

Fenomena kebudayaan yang mengemuka di balik sistem toponimi di Tatar Sunda menunjukkan perspektif kebudayaan Sunda dalam memandang air sebagai sumber kehidupan yang paling penting bagi manusia.

Parallax Ad
Link copied to clipboard.